Tenggara Festival: Tidak Kayu, Tangga Dikeping

8 hours ago 7

Langgam.id - Tenggara Festival adalah ruang temu antara warga dan seniman, antara alam dan kota, antara yang diwariskan dan yang sedang dibayangkan. Sejak hadir di 2020 sebagai perayaan seni jalanan, festival dua tahunan ini terus bertumbuh menjadi panggung bagi warga Solok: tempat pengetahuan lokal dirayakan, tempat di mana imajinasi dan insiatif bertumbuh juga berdialog.

Tahun ini, tepat di kali ke-3, Tenggara Festival kembali digelar di kota Solok dengan tema “Tidak Kayu, Tangga Dikeping” —sebuah metafora tentang semangat bertahan, bersiasat, dan saling menyambung di tengah keterbatasan. Lalu bagaimana kemudian siasat tersebut dilihat sebagai sebuah kemungkinan metode yang dapat menjadi pilihan, yang selama ini telah menunjukan dampaknya, dan perlu diperkuat.

Tema ini lahir dari pertemuan-pertemuan komunitas di Solok yang bergerak dengan sumber daya seadanya, tapi penuh daya cipta: kelompok tani, pelaku kuliner, seniman, musisi, pembuat film, guru, penulis, pembatik, penggiat lingkungan, hingga komunitas motor.

Di tahun 2020, festival mengisi 20 titik mural di Kota Solok—termasuk lapas, lapangan kodim, sekolah, dan taman—membuka dialog antara seniman, warga, dan pemerintah. Pada 2022, dengan tema Do It Yourself, aktivasi meluas ke ruang-ruang privat: sawah, bengkel, hingga dapur rumah. Warga menjadi aktor aktivasi, bukan sekadar penonton.

“Tenggara Festival 2025 melanjutkan semangat dua edisi sebelumnya. Tahun ini, cakupan program semakin luas. Ada pameran, street art jamming, tenggara mart, musik, tenggara kids, motor riding, pemutaran film, diskusi, workshop, simposium, hingga program sekolah,” ujar M. Badri, salah satu tim kurator dari Festival Tenggara 2025.

Festival Tenggara 2025 akan diadakan pada tanggal 1-10 Agustus 2025. Ada 10 spot mural/graffiti serta melibatkan kurang lebih 60 seniman dan kelompok seni.

Kegiatannya tersebar di 9 titik yaitu Rumah Tamera (Lingkar Utara), Area Gallery 88 (Kp. Jawa), Satusatusembilan Space (Tj. Paku), Naluri Coffee (Ps.Pandan Air Mati), RN Coffee (Jl.Syech Kukut), Parak Batuang Space (Tabuh Puluik Puluik), Galanggang Raya Farm (Gelanggang Betung), MIS Kampung Jawa, dan Pusako Tinggi Project (Tanjung Paku).

Ada pertunjukan Sisinga Barantai & Sanggar Kencak Galundi dari Kampung Jawa – Solok di Gallery 88 – Lingkar Utara dan  kompetisi Tiktok. Ada pertunjukan Musik dari Tuan Kembara - Tikalak, Egi – Padangpanjang, Beda Barat – Padang Panjang, Rani Jambak – Agam, Jumaidil Firdaus -  Sirukam, Solok, Western Tiger – Bukittinggi, Tomy Bollin – Bukittinggi, dan Siboy Music – Solok.

Kemudian ada Tenggara Kids oleh Satelit Art Club – Solok dan Pameran Daur Subur di Gallery 88 dan Rumah Tamera. Ada pameran dan diskusi karya fotografi di Satusatusembilan space. Ada pemutaran film dan diskusi oleh Sawala Sinema, di SMKN 1 Solok. Ada pameran 100 poster dan bincang karya di Naluri Coffee. Ada Motor Cycle Riding: Ride, Pray & Plant di Rumah Tamera.

Lalu juga ada simposium di RN Coffee: Panel 1 “Berbenah menuju pertanian sehat”, panel 2 “Kedaulatan dan keberagaman pangan”, dan panel 3 “Merawat nilai-nilai kebudayaan pertanian melalui praktik seni budaya. Juga ada Dapur Kasih Sayang dan Tenggara Mart oleh Serikat Gudang Peluru di Gallery 88.

Tenggara adalah festival yang tumbuh dari keseharian. Ia tidak menawarkan pertunjukan mewah, melainkan perayaan atas yang dekat, yang akrab, dan yang terus bergerak. Ia tidak menjawab pertanyaan “siapa kita?”, tapi memberi ruang bagi kita untuk bertanya bersama—sambil bekerja, berkarya, dan berbagi.

“ Festival ini bukan hanya tentang seni, tapi tentang hidup bersama di kota yang ingin terus belajar menjadi lebih baik,” ujar Albert Rahman Putra, Ketua Komunitas Gubuak Kopi.

Tenggara Festival tidak hanya menjadi ajang seni, melainkan ruang temu gagasan, rekonsiliasi memori, dan proyek masa depan bersama. Lewat pendekatan lintas sektor dan kesadaran bahwa identitas kolektif terus bergerak, Tenggara merangkul suara dari berbagai lini untuk menyusun kembali pembangunan kota dari akar rumput.

Tenggara Festival 2025 adalah undangan untuk bersiasat, berkolaborasi, dan mengimajinasikan masa depan yang lebih inklusif, adil, dan lestari. Ia adalah proses kemenjadian warga sebagai subjek budaya yang menentukan hidupnya sendiri, bukan sekadar penerima kebijakan. (*/Yh)

Read Entire Article
Pekerja | | | |