Kesempatan Kerja di Tengah Serbuan AI

3 days ago 15

Oleh: Khairul Fadli Rambe

Pernahkah Anda membayangkan robot menjadi konsultan hukum atau notaris, bahkan menjadi seorang dosen? Ini bukan lagi hanya fiksi ilmiah, melainkan realitas yang akan kita hadapi.

Di era disrupsi teknologi saat ini, bukan tidak mungkin manusia akan tergantikan oleh teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang terus berkembang hingga saat ini. CNBC Indonesia 26 Agustus 2024 merilis, banyak riset yang menjelaskan mengenai banyak pekerjaan yang akan diambil alih sistem AI, mulai dari pekerjaan di industri teknologi, penelitian, media, hingga pengajar.

Dalam 10 tahun belakangan ini, AI memang sudah makin canggih dan bisa membantu hampir semua pekerjaan kita. Misalnya, di bangku sekolah sampai kuliah, AI itu sudah seperti asisten pribadi yang mengerti banget kelebihan sama kekurangan murid, terus merancang pelajaran yang paling cocok. Bayangkan saja,  sudah kayak guru privat 24 jam. Terus, AI juga bisa jadi tutor virtual yang membantu menjelaskan materi yang susah banget kita mengerti. Pokoknya, auto bereslah.

Dalam konteks administrasi, kecerdasan buatan  menunjukkan kapabilitas signifikan dalam mengotomatisasi beragam tugas. Ini mencakup pengelolaan data akademik, seperti pemrosesan nilai dan penyusunan laporan, serta penanganan set data administratif lainnya. Implementasi AI dalam area ini berpotensi substantial dalam mengurangi beban kerja manual terkait dokumentasi.Intinya, semua pekerjaan beres dengan secepat kilat. Namun, kita harus tetap waspada dan tidak terlena dengan kemudahan ini. Sebab, AI yang dibiarkan tanpa kendali berpotensi mengancam.

Prof Stella Christie (2023) menyatakan dalam surat kabar resmi dan nasional Tiongkok, bahwa dampak penerapan AI satu sisi beberapa pekerjaan jadi hilang karena digantikan oleh robot atau sistem otomatis, tapi di sisi lain, muncul juga pekerjaan baru. Dan parahnya lagi, ada juga nanti yang bakal menganggur sementara waktu (gara-gara ada pekerjaan baru), sebab mereka ketinggalan buat belajar hal baru dengan cepat (gara-gara digantikan oleh sistem otomatisasi ini).

Hal ini bisa saja kejadian kalau kita tidak bisa memegang kendali AI. Ia bisa mengubah dunia kerja yang berdampak pada menghilangnya banyak pekerjaan untuk manusia. Sebagaimana dianalisis oleh McKinsey Global Institute (2023) yang memperkirakan bahwa pada 2030 nanti, sekitar 30% pekerjaan itu sudah bisa dikerjai otomatis sama AI.

Supaya kita tak terbawa oleh ombak AI yang makin menggila ini. Seperti halnya ikan teri yang rela terbawa arus ke mana pun air itu mengalir, kita harus mempersiapkan jurus-jurus pamungkas agar tetap bisa berdiri tegak layaknya batu besar di tengah derasnya sungai perubahan.

Pertama, membangun fondasi yang kuat artinya mahasiswa penting untuk dapat menguasai kemampuan dasar yang kuat dalam matematika, statistik, terkhusus pada ilmu komputer. Sementara, sebagaimana dirilis Kominfo di CNN Indonesia, bahwa Indeks Masyarakat Digital (IMD) pada 2022, mayoritas wilayah di Indonesia diketahui masih gagap teknologi (gaptek). Hal ini penting untuk kita garis bawahi, mengingat era perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) bermuara pada sistem, penting bagi kita untuk dapat menguasai kemampuan ilmu komputer.

Kedua, memperkuat kemampuan teknis, tujuannya mempersiapkan diri untuk bertemu dengan pekerjaan baru yang dibuka oleh AI. Dengan demikian, mahasiswa perlu menguasai keterampilan teknis yang relevan dengan kemajuan AI seperti pemrograman, analisis data, dan machine learning. Seperti yang dinyatakan dalam artikel Bella Mega Riswanti pada Journal of Management and Social Sciences (2023), jika kita dapat menguasai Kecerdasan buatan (AI) itu, teknologi tersebut bisa kita jadikan budak dalam membantu aktivitas dengan mudah.

Ketiga, mengembangkan keterampilan soft skill, surplusnya mahasiswa dapat beradaptasi dengan cepat terhadap berbagai situasi, membangun hubungan interpersonal yang kuat, dan menunjukkan empati yang tinggi terhadap orang lain.

Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya memiliki pengetahuan akademik yang kuat, tetapi juga memiliki keterampilan interpersonal yang baik, yang sangat dibutuhkan di dunia kerja saat ini. Keterampilan-keterampilan ini, seperti kreativitas, kepemimpinan, dan kemampuan untuk membuat keputusan etis, bersifat unik dan sulit ditiru oleh kecerdasan buatan, sehingga menjadi keunggulan kompetitif bagi mahasiswa itu sendiri.

Keempat, membangun jaringan, maknanya mahasiswa penting untuk membangun jaringan dengan orang-orang profesional, terlebih di bidang AI supaya dapat membuka peluang kerja dan magang.

Dengan mempersiapkan kompetensi diri, mahasiswa setelah tamat dapat menjadi tenaga kerja yang adaptif dan kreatif. Sebab, di era yang serba cepat dan penuh perubahan seperti sekarang ini, kemampuan intelektual semata tidaklah memadai. Mahasiswa perlu dilengkapi dengan beragam kompetensi, termasuk keterampilan teknis dan sosial untuk beradaptasi dan bersaing di dunia kerja yang semakin kompleks.

Saya jadi teringat poin diskusi dengan Pak Rahmat, Bang Ikhwan dan juga Pak Taufan di ruangan International Islamic Studies Development and Research Center UIN Imam Bonjol Padang. "Ingat, kedatangan AI tidak bisa kita bantah, karena ia akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan. Kini, tinggal bagaimana kita mengarahkannya, menjadi kekuatan positif yang memberdayakan, atau justru kekuatan negatif yang mengancam. Pilihan ada di tangan kita, tergantung kita mau diarahkannya ke mana". (*)

Khairul Fadli Rambe, mahasiswa Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang,adiv di UKM Surau Konstitusi _

Read Entire Article
Pekerja | | | |