Seleksi Ketat, Nasib Longgar CPNS

3 days ago 11

Oleh: Haikal Pernandes

“Selamat! Anda lulus!” Kalimat ini bikin banyak peserta CPNS di seluruh Indonesia tersenyum lebar. Setelah berbulan-bulan belajar, mengulik soal, dan tak berhenti berdoa, akhirnya kerja keras mereka mulai ada hasilnya. Tapi, siapa sangka, ini malah bukan akhir dari perjaalanan mereka. Ini justru menjadi pembuka babak baru yang penuh tanda tanya, babak menunggu tanpa kepastian.

Peserta CPNS yang telah dinyatakan lulus seakan digantung dalam ruang hampa. Sudah lulus, tapi belum diangkat. Sudah siap mengabdi, namun belum ada tempat untuk mereka bekerja. Di balik euforia kelulusan, ada keresahan yang tak bisa ditutupi. Harapan keluarga, tagihan hidup, dan rencana masa depan tak bisa terus ditunda, sementara negara yang menguji mereka dengan sistem seleksi yang begitu ketat, justru longgar dalam hal penempatan.

Ironis memang. Bagaimana bisa sebuah negara yang mengaku kekurangan aparatur, malah tak siap menampung mereka yang sudah terbukti layak?

Tahun 2024 menunjukkan minat tinggi masyarakat untuk menjadi ASN. Ada 3,6 juta pelamar CPNS, dengan 3,5 juta di antaranya berhasil mendaftar, dan 2,8 juta di antaranya dinyatakan memenuhi syarat administrasi, menurut data BKN 2024. Jumlah CASN 2024 CPNS 179.025 dan PPPK tahap I 677.593 diproyeksikan akan diangkat, menurut data yang dirilis BKN pada 19 Maret 2025.

Harapan akan mendapat masa depan yang lebih baik itu mulai pudar setelah kabar penundaan pengangkatan terdengar ke telinga. Padahal mereka telah usai menjalani seleksi yang panjang dan menguras energi.

Pemerintah beralasan, ada penyesuaian anggaran dan persoalan teknis administrasi. Sementara di sisi lain, para peserta bertanya-tanya: “Jika memang belum siap secara anggaran dan teknis, mengapa rekrutmen tetap dibuka seperti biasa?”

Mesin penempatan tersendat. Anehnya, mesin seleksi masih saja bekerja dengan ketat,. Ini bukan persoalan teknis semata, tapi mencerminkan ketidaksiapan negara dalam menyambut anak-anak bangsa yang sudah bersusah payah lolos dari saringan yang ketat.

Di antara mereka ada yang sudah mengundurkan diri dari pekerjaan lama demi fokus pada karier baru sebagai abdi negara. Ada pula yang telah menyiapkan diri dan keluarga untuk memulai hidup di tempat tugas. Tapi kenyataan yang datang justru berbeda. Mereka kini harus hidup dalam ketidakpastian, tanpa kepastian gaji, tanpa penjelasan yang utuh, dan tanpa tanggal pasti pengangkatan.

Negara yang katanya menjunjung meritokrasi, kini justru seperti mempermainkan nasib orang-orang yang sudah membuktikan kelayakannya.

Dalam pernyataan resmi yang disampaikan pada konferensi pers di Jakarta, Senin (17/03/2025), Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Rini Widyantini menyampaikan, “Pemerintah mengusulkan penyesuaian jadwal pengangkatan CASN sebagai pegawai ASN dengan perkiraan pengangkatan pada akhir 2025 atau di awal 2026. Ini bukan penundaan sebenarnya, tapi mau menyelesaikan supaya semuanya bisa terangkat”.

Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, dalam kesempatan yang sama, menambahkan bahwa pengangkatan CPNS akan selesai paling lambat Juni 2025, sedangkan pengangkatan PPPK ditargetkan selesai pada Oktober 2025.

Kalau kita perhatikan, para menteri ini kayak kamu yang udah siap-siap dari sore buat makan malam bareng pacar, udah rapi, udah nungguin, dan berharap malam itu jadi spesial. Eh, tiba-tiba dia bilang, “Maaf ya, makan malamnya kita atur dilain waktu.” Ini bukan penyesuaian, tapi penundaan yang dibungkus dengan janji manis yang cuma bikin kecewa, seperti iklan es krim dengan topping melimpah, tapi pas dibeli, cuma dapet es batu doang!

Negara mungkin melihat para peserta CPNS sebagai angka dalam data rekrutmen. Tapi mereka bukan sekadar baris di spreadsheet. Mereka adalah manusia dengan kehidupan nyata dengan keluarga yang berharap, tagihan yang menumpuk, dan masa depan yang ingin diperjuangkan.

Mereka tidak meminta dimanja, hanya ingin diperlakukan adil. Mereka tidak menuntut lebih, hanya ingin hak yang dijanjikan diberikan tepat waktu.

Kini, mereka yang lulus CPNS bukan hanya dituntut cerdas dan kompeten. Mereka juga dipaksa menjadi ahli dalam bersabar dan menunggu. Kompetensi tambahan ini tentu tak pernah diajarkan dalam simulasi CAT atau modul latihan SKD. Tapi kini menjadi syarat utama untuk tetap bertahan. Apakah ini bagian dari pembinaan karakter versi pemerintah?

Yang dibutuhkan para calon ASN saat ini bukanlah jawaban basa-basi, tetapi kepastian yang nyata. Proses administrasi harus segera dirapikan. Koordinasi anggaran harus segera dibereskan. Jangan sampai rakyat yang sudah siap mengabdi, justru ditelantarkan oleh sistem yang semrawut.

Mereka sudah lulus. Mereka sudah bersiap. Sekarang, giliran negara untuk serius. (*)

Haikal Pernandes, mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang

Read Entire Article
Pekerja | | | |