Mekanisasi Pertanian di Alahan Panjang: Drone Mulai Diuji Coba untuk Tingkatkan Efektivitas Produksi

5 days ago 14

Langgam.id - Mekanisasi pertanian berbasis teknologi mulai menyentuh lahan-lahan subur di Alahan Panjang, Kabupaten Solok. Kelompok Tani Kumbang Jantan Rimbo Tinggi menjadi pelopor dengan menggelar uji coba pemanfaatan drone untuk penyemprotan dan pemupukan lahan, Minggu (20/4).

Uji coba ini bukan sekadar demonstrasi teknologi. Menurut pegiat pertanian Nofrins Napilus, langkah ini mencerminkan kesadaran baru petani lokal terhadap pentingnya efisiensi dan inovasi dalam meningkatkan hasil pertanian.

"Inisiatif ini datang langsung dari petani. Kelompok Tani Kumbang Jantan mengikuti perkembangan teknologi dari internet, dan saya hanya membantu menjembatani dengan tim pilot drone di Jakarta yang bersedia datang dan menggelar pelatihan serta uji coba gratis di Alahan Panjang," jelas Nofrins.

Dari hasil uji coba awal, penggunaan drone terbukti bisa menghemat hingga 30 persen penggunaan pupuk dan pestisida. Bahkan, menurut Nofrins, angka tersebut bisa saja lebih tinggi karena penyemprotan dinilai lebih merata dan presisi. Selain efisiensi bahan, penggunaan drone juga mengurangi risiko kesehatan pekerja lapangan.

“Teknologi ini penting untuk melindungi kesehatan petani. Kita tahu, dalam penyemprotan manual masih banyak yang tidak memakai masker, tidak memperhatikan arah angin, bahkan ada yang sambil merokok,” ujarnya.

Namun demikian, ia mengingatkan bahwa penggunaan drone belum tentu cocok untuk semua jenis tanaman. “Untuk tomat dan cabai, tekanan angin dari drone bisa jadi kendala. Tapi untuk padi, jagung, atau lahan sawit yang luas, drone justru sangat dibutuhkan,” tambahnya.

Kabupaten Solok yang dikenal sebagai lumbung bawang merah nasional kini menduduki posisi kedua setelah Brebes dengan produksi 216.000 ton per tahun. Menurut Nofrins, potensi sebesar ini menuntut pendekatan baru berbasis teknologi dan efisiensi.

“Dengan skala produksi sebesar itu, pendekatan mekanisasi dan teknologi sudah bukan pilihan, tapi kebutuhan. Apalagi harga hasil pertanian yang semakin menggairahkan, mendorong petani untuk terus meningkatkan produktivitas,” ujarnya.

Teknologi drone menjadi pelengkap dari alat-alat mekanisasi lain yang sudah mulai umum di Solok, seperti ekskavator kecil, mesin bajak, dan mesin pembuat bedengan.

Namun Nofrins juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi petani. Salah satunya adalah akses jalan yang belum memadai untuk distribusi pupuk dan hasil panen. Selain itu, masih banyak wilayah pertanian yang mengalami blank spot sinyal telekomunikasi.

“Petani sekarang butuh internet bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk memesan kebutuhan pertanian dan menjual hasil panen mereka. Akses seluler sudah jadi kebutuhan pokok,” tegasnya.

Dari sisi sumber daya manusia, kesiapan petani dalam mengoperasikan drone masih bertahap. Namun Nofrins optimistis generasi muda di sektor pertanian bisa cepat beradaptasi.

“Petani milenial cukup banyak sekarang. Dengan pelatihan singkat, mereka bisa mengoperasikan teknologi ini,” katanya.

Dalam uji coba drone tersebut, sekitar 15 mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Andalas juga turut dilibatkan. Mereka tidak hanya mengenal teknologi drone, tapi juga mendapat pelatihan dasar dan sertifikat.

Nofrins berharap embrio-embrio inovasi seperti ini bisa terus berkembang di dunia pendidikan dan meluas ke kawasan pertanian lain.

Tak hanya itu, ia melihat peluang besar kolaborasi antara sektor pertanian dan pariwisata. “Wisata memetik stroberi saat ini sangat populer. Dengan kemasan yang menarik, produk-produk pertanian bisa dikembangkan sebagai daya tarik wisata,” ungkapnya.

Ke depan, Nofrins berharap pemerintah daerah dapat menginisiasi proyek percontohan serta menyalurkan bantuan drone melalui kelompok tani yang sudah terdaftar resmi di dinas pertanian.

“Mekanisasi ini tidak boleh hanya menyasar petani besar saja. Lewat kelompok tani, bantuan bisa lebih merata. Dan yang tak kalah penting, semua pengguna drone harus bersertifikasi agar sesuai regulasi,” tutupnya. (*/Yh)

Read Entire Article
Pekerja | | | |