Sosok Djamari Chaniago, Putra Minang yang Dilantik jadi Menko Polkam

10 hours ago 6

Langgam.id - Presiden Prabowo Subianto melantik Letnan Jenderal (Purnawirawan) Djamari Chaniago sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di Istana Negara pada Rabu (17/9/2025).

Putra Minang ini dilantik sebagai Menko Polkam menggantikan Budi Gunawan. Setelah reshuffle pada Senin (8/9/2025) lalu, posisi Menko Polkam yang ditinggalkan Budi Gunawan diisi secara ad interim oleh Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.

Dilansir dari Buku Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang karya Hasril Chaniago dkk yang terbit tahun 2023 disebutkan bahwa Djamari lahir di Padang pada 8 April 1949.

Ia merupakan anak tunggal pasangan Mochtar yang berasal dari Tabek Patah, Tanah Datar. Sedangkan ibunya bernama Djamilah yang berasal dari Ulak Karang, Padang, bersuku Chaniago.

Djamari menjalani masa kecil hingga remaja di Bandung. Setelah menamat SD (1961), SMP (1964), dan SMA (1967), ia meneruskan ke Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) Bagian Darat dari kecabangan Infantri.

Ia dilantik sebagai perwira muda dengan pangkat Letnan Dua tahun 1971. Djamari seangkatan dengan dua perwira muda asal Minang lainnya yaitu Kivlan Zen dan Ismet Yuzairi.

Karier Djamari sebagai perwira TNI pada awalnya banyak ia jalani di pasukan Baret Hijau (Kostrad). Ketika masih berpangkat perwira pertama, ia pernah ditugaskan sebagai Komandan Pleton (Danton) Taruna Akabri, Danton Yonif Linud 305/Tengkorak.

Ia kemudian promosi menjadi Komandan Kompi (Danki) B Yonif Linud 305/Tengkorak serta Danki B Yonif Linud 330/Tri Dharma.

Melangkah ke perwira menengah, antara lain ia pernah menjabat Kasi II Yonif Linud 330/Tri Dharma, Pasi II Brigif Linud 17/Kujang I. Lalu promosi menjadi Wakil Komandan Yonid 112 /Dharma Jaya dan akhirnya menjabat Komandan Yonif Linud 330/Tri Dharma ketika berpangkat Letnan Kolonel.

Djamari sempat meninggalkan korp Baret Hijau ketika diangkat menjadi Komandan Kodim 0501/Jakarta Pusat. Setelah itu kembali ke Kostrad, ia promosi menjadi Kepala Staf Brigade Infantri (Brigif) Linud 18/Trisula.

Kemudia ia promosi lagi sebagai Komandan Brigif Linud 18/Trisula saat memperoleh pangkat Kolonel. Setelah itu ia sempat dialihtugaskan ke jabatan Teritorial sebagai Komandan Rindam I/Bukit Barisan di Medan.

Tahun 1994, dalam usia 45 tahun, Djamari berhasil meraih pangkat Brigadir Jenderal TNI ketika dipromosikan menjadi Kepala Staf Divisi Infanteri 2/Kostrad.

Dua tahun kemudian bintang di pundaknya bertambah ketika dipromosikan lagi menjadi Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad. Setahun kemudian ia dipercaya menjadi Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Siliwangi.

Selama menjabat Pangdam Siliwangi, ia sempat pula mendapat tugas rangkap sebagai anggota MPR utusan daerah Jawa barat (1997-1998) dan menjadi anggota Fraksi ABRI MPR (1998-1999).

Setelah Reformasi 1998 dan Presiden Soeharto mengundurkan diri, lalu digantikan Wakil Presiden BJ Habibie, sempat terjadi "kekacauan" di Kostrad. Pada 22 Mei 1998, Letjen TNI Prabowo Subianto diberhentikan secara mendadak dari jabatan Panglima Kostrad dan digantikan Letjen TNI Johny Lumintang.

Namun Johny hanya memegang jabatan strategis itu selama 17 jam. Kemudian terhitung 23 Mei 1998 jabatan Pangkostrad diserahkan kepada Djamari Chaniago yang lalu mendapatkan kenaikan pangkat menjadi jenderal bintang tiga di usia 49 tahun.

Satu setengah tahun menjadi Pangkostrad, pada 9 November 1999, Letjen TNI Djamari Chaniago dipromosikan menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) menggantikan Letjen TNI Suaidi Marabessy.

Saat itu, Djamari masih berusia 51 tahun, sehingga banyak orang yang meramalkan ia akan menjadi putra Minang pertama yang meraih pangkat jenderal bintang empat dan akan menjadi Kasad.

Namun takdirnya ternyata tidak demikian. Tanggal 8 Maret 2000, Djamari dipromosikan menjadi Kepala Staf Umum (Kasum) TNI. Namun pangkatnya tetap Letjen TNI hingga mengakhiri jabatan tersebut bulan Maret 2004 menjelang masuk usia pensiun.

Selama 33 tahun mengabdi kepada bangsa dan negara, ia telah menerima sejumlah penghargaan dan bintang tanda jasa. Di antaranya Bintang Dharma, Bintang Jasa Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama.

Kemudian, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Yudha Dharma Pratama, Satyalencana Kesetiaan 24 tahun serta Satyalencana Santi Dharma VIII dan Satyalencana Seroja. Ia juga mendapatkan tanda jasa dari PBB.

Setelah pensiun dari dinas militer, Djamari pernah dipercaya menjadi Komisaris Utama PT Semen Padang (2015-2016) dan Komisaris PT Semen Indonesia (2016-2018).

Setelah lepas dari berbagai jabatan publik, Djamari dan keluarga yang menetap di Bandung, menyibukkan diri dengan hobi mengendarai motor gede (moge).

Djamari menikah dengan dara Minang bernama Hasnawati dan dikaruniai tiga orang putra. Yaitu, Riswan Kharisma, Akbar Nusantara dan Aribawa Perkasa. (y)

Read Entire Article
Pekerja | | | |