Tutup 2025, Fikrul Hanif Sufyan Luncurkan “Fort de Kock dan Depresi Ekonomi”

10 hours ago 12

Langgam.id – Peneliti cum Dosen Sejarah Fikrul Hanif Sufyan meluncurkan karya terbarunya, Buku “Fort de Kock dan Depresi Ekonomi” pada Minggu (28/12/2025) malam. Peluncuran dalam Festival akhir tahun yang digelar Toko Buku Steva tersebut dilanjutkan bedah buku dan diskusi.

Momen peluncuran buku Fikrul yang juga mantan reporter Rakyat Merdeka ini bertepatan dengan 1 Abad Muhammadiyah Sumatra Barat, yang awalnya dirintis di Maninjau pada 14 November 1925. Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Prof Dr.Phil. Gusti Asnan dan Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang Dr. Zaim Rais, MA menjadi pembedah buku tersebut.

Fort de Kock Catatan Suksesnya Kongres XIX Muhammadiyah menjadi topik utama dari buku, yang ditulis Fikrul “Kongres yang banyak diramalkan akan berujung gagal, malah sukses di masa badai Malaise. Kongres ke-19 yang diduga berujung gagal karena dilaksanakan di luar Pulau Jawa, malah menjadi catatan emas dalam pelaksanaan pertama iven akbar pertama di Sumatra Barat” – demikian kisah Fikrul Hanif dalam pemaparannya.

Kisah sukses dari Kongres yang dilaksanakan pada 14-21 Maret 1930 itu dalam ilmu sejarah, menurut Gusti Asnan merupakan contoh yang terbaik dari rekonstruksi sejarah yang disebut L’Evenenment historie. “Ini adalah contoh terbaik untuk L’Evenement historie dari sejarah Muhammadiyah secara umum dan L’Evenement historie untuk sejarah lokal Minangkabau  secara khusus. Saya mengapresiasi model penulisan L’Evenenment historie yang dilakukan oleh Fikhrul Hanif ini.” – demikian ungkap Gusti Asnan dalam artikelnya berjudul “Penulisan Sejarah Kongres Muhammadiyah XIX Di Bukittinggi,  Sebuah Model L’evenement Historie”.

Buku setebal 220 halaman menurut Guru Besar Sejarah Unand itu, tidak hanya rekonstruksi jalannya Kongres XIX Muhammadiyah, tetapi juga menarasikan berbagai iven lain yang terjadi di sekitar kongres, iven-iven yang berhubungan secara langsung atau tidak dengan peristiwa, serta menghadirkan berbagai penafsiran terhadap berbagai aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya dari penyenggaraan iven akbar itu.

Zaim Rais juga mengapreseasi buku yang ditulis oleh Fikrul. “Banyak hal yang tidak saya ketahui, akhirnya ditemukan dalam buku ini. Misalnya hadirnya Nyai Ahmad Dahlan di Bukittinggi. Beragam isu yang diangkat oleh ibu-ibu Aisyiyah seperti persoalan poligami. Ini menarik untuk dibaca!” kata ahli pemikiran Islam dari UIN Imam Bonjol tersebut.

Zaim juga mengakui, bahwa gerak cepat yang dilakukan tokoh Muhammadiyah di masa lalu adalah hal yang luar biasa.  “Bagi saya sulit untuk menandingi gerakan mereka. Hanya dalam hitungan bulan, setelah setengah dipaksa oleh Kiyai Fachrodin, Muhammadiyah Minangkabau yang baru berusia lima tahun, sudah mampu menyukseskan di masa depresi ekonomi” lanjut Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatra Barat itu.

Buku karya Fikrul Hanif Sufyan ini mengajak pembaca untuk menengok kembali Kongres XIX Muhammadiyah (1930)—kongres pertama di luar Jawa—yang berhasil digelar di Fort de Kock di tengah krisis ekonomi global. Sebuah kisah tentang keteguhan gerakan, solidaritas lintas kelompok, dan daya hidup organisasi di masa sulit.

Festival akhir tahun yang didapuk oleh Toko Buku Steva dan UGM Press Yogyakarta, juga dimeriahkan oleh The Qori Coustic,  Dimension Photography, serta Siteba Berpuisi itu dihadiri oleh akademisi dari Unand, UNP, UIN Imam Bonjol Padang, Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat, dan para pecinta sejarah.

“Terima kasih untuk Steva dan UGM Press yang telah menginisasi sehingga launching dan bedah buku ini terselenggara dengan meriah. Tidak lupa untuk para pecinta sejarah yang turut hadir dan berbagi banyak makna untuk iven di akhir tahun tersebut” kata penulis buku dalam keterangan tertulisnya kepada Langgam.id.

Sebelum peluncuran tersebut, membahas buku yang sama, Firul Hanif Sufyan sebelumnya sempat tampil dalam podcast “Catatan Masa Silam” Langgam TV. (*/SS)

Read Entire Article
Pekerja | | | |