Ibu-Ibu Nelayan Sungai Pinang Olah Mangrove Jadi Batik

11 hours ago 7

Langgam.id — Sejumlah ibu rumah tangga yang merupakan istri nelayan di Kenagarian Sungai Pinang, Kabupaten Pesisir Selatan, kini memiliki aktivitas baru yang memberi nilai tambah bagi ekonomi keluarga mereka. Dengan memanfaatkan bahan alami dari hutan mangrove di sekitar kawasan tempat tinggal, mereka berinovasi menghasilkan batik yang diberi nama batik mangrove.

Gagasan ini muncul dari kegiatan pelatihan dan sosialisasi yang digelar oleh tim dosen Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Barat. Kegiatan tersebut dipimpin oleh Murhenna Uzra dari Fakultas Sains, yang bertujuan memberdayakan kelompok istri nelayan melalui pemanfaatan tanaman mangrove sebagai sumber daya ekonomi alternatif.

Pelatihan yang digelar pada 25 Oktober itu juga mendorong penerapan konsep green economy di kawasan pesisir, yang berorientasi pada pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan, dan pembangunan berkelanjutan.

Murhenna menjelaskan, hutan mangrove yang tumbuh di sepanjang pantai Sungai Pinang memiliki fungsi penting, mulai dari pelindung alami pantai dari abrasi, tempat hidup berbagai biota laut, hingga penyedia nutrisi dalam rantai ekosistem pesisir. Namun, keberadaan hutan mangrove kini mulai terancam akibat aktivitas manusia serta belum optimalnya pengelolaan secara berkelanjutan.

“Salah satu persoalan yang kami temukan di lapangan adalah belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan mangrove sebagai sumber ekonomi alternatif. Selama ini kegiatan konservasi dan edukasi bersifat sementara dan tidak berkelanjutan karena kurangnya pendampingan dan akses pelatihan,” ujarnya.

Dalam pelatihan itu, para istri nelayan yang tergabung dalam komunitas Anak Desa Sungai Pinang menunjukkan antusiasme tinggi. Komunitas ini dibentuk untuk mewadahi kegiatan sosial, ekonomi, dan lingkungan di nagari tersebut, dengan fokus utama pada pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat.

Selain memproduksi batik bermotif mangrove sebagai simbol kampanye pelestarian lingkungan, mereka juga aktif melakukan pembibitan mangrove serta edukasi lingkungan bagi anak-anak dan remaja setempat.

Menurut Murhenna, kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Selain menambah keterampilan baru dalam membuat batik berbahan pewarna alami dari limbah mangrove, para peserta juga mendapatkan pemahaman mengenai pentingnya menjaga kelestarian ekosistem pesisir.

“Selama pelatihan, terlihat minat dan motivasi yang tinggi dari peserta untuk mengembangkan usaha batik mangrove secara berkelanjutan, baik secara individu maupun kelompok. Kami berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan kesadaran bahwa pelestarian mangrove tidak hanya penting bagi lingkungan, tetapi juga bisa menjadi sumber ekonomi baru,” katanya.

Murhenna menambahkan, kegiatan semacam ini akan terus dikembangkan agar kelompok perempuan pesisir semakin mandiri dan kreatif dalam mengelola potensi lokal. Upaya tersebut diharapkan menjadi bagian dari penguatan ekonomi hijau (green economy) di kawasan wisata bahari Kenagarian Sungai Pinang, sekaligus memperkuat peran perempuan dalam menjaga keseimbangan antara ekonomi dan ekologi.

Read Entire Article
Pekerja | | | |