LSF Ajak Masyarakat Budayakan Sensor Mandiri di Padang

5 hours ago 5

Langgam.id - Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia, Naswardi menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi klasifikasi usia saat menonton film.

Hal ini disampaikan Naswardi saat menghadiri kegiatan Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri yang dirangkai dengan Nonton Bareng (Nobar) Film Nasional “Assalamualaikum Baitullah” di Basko City Mall Padang, Kamis (17/7/2025).

Menurut Naswardi, setiap film yang ditayangkan di bioskop memiliki klasifikasi usia yang ditentukan berdasarkan kandungan materi, adegan, dialog, hingga teks terjemahan. Klasifikasi tersebut dibagi ke dalam kategori untuk semua umur, 13 tahun ke atas, 17 tahun ke atas, dan 21 tahun ke atas.

“Setiap kategori usia memiliki muatan konten yang berbeda. Oleh karena itu, kami mengimbau agar para orang tua, guru, dosen, serta pejabat publik turut memberikan teladan dan mengingatkan kelompok rentan, terutama anak-anak, agar menonton sesuai dengan klasifikasi usia,” ujarnya.

LSF, kata Naswardi, memiliki peran sebagai bagian dari hadirnya negara dalam memberikan literasi kepada masyarakat, baik penonton bioskop, televisi, maupun media daring. Tugas LSF tidak hanya menyensor, tetapi juga meneliti dan menilai kelayakan film sebelum diputar.

Kegiatan Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri menjadi upaya konkret LSF dalam membangun kesadaran masyarakat agar mampu menyaring sendiri tontonan yang sesuai dengan nilai, norma, dan usia.

Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, LSF telah menilai lebih dari 42.000 judul film, baik produksi dalam negeri maupun luar negeri. Film impor yang disensor berasal dari 17 negara, dengan dominasi terbesar dari Amerika Serikat, India, Korea Selatan, Thailand, dan beberapa negara Uni Eropa.

Naswardi menyampaikan kebanggaannya terhadap perkembangan industri film nasional. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilman Indonesia, jumlah produksi film nasional melebihi jumlah film impor. Hal ini menunjukkan geliat industri film tanah air yang semakin kuat.

“Tidak hanya jumlahnya yang meningkat, apresiasi penonton terhadap film nasional juga tinggi. Tahun lalu tercatat sebanyak 80 juta penonton menyaksikan film produksi dalam negeri di bioskop,” tuturnya.

Salah satu pencapaian membanggakan adalah film animasi nasional Jumbo yang meraih lebih dari 10,6 juta penonton di Indonesia. Selain sukses di dalam negeri, film tersebut kini juga diputar di 15 negara di dunia.

LSF terus berkomitmen untuk mendukung ekosistem perfilman nasional. Dengan menggandeng seluruh pemangku kepentingan, termasuk pengusaha bioskop dari jaringan XX1, CGV, Cinepolis, serta bioskop independen, LSF mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas film Indonesia.

“Kami ingin film nasional mendapat tempat terbaik di hati penonton dan terus mendorong lahirnya karya-karya yang membanggakan, baik di dalam negeri maupun di pentas dunia,” pungkasnya. (*/y)

Read Entire Article
Pekerja | | | |